Penenggelaman pelet plastik mempengaruhi kehidupan laut
Pada hari Rabu, sebuah kapal kontainer yang mengeluarkan asap mulai tenggelam di lepas pantai Sri Lanka, kata para pejabat, meningkatkan kekhawatiran bahwa tumpahan minyak dan bahan kimia dapat memperburuk salah satu bencana ekologi terburuk dalam sejarah negara itu.
Sejak 20 Mei, Angkatan Laut Sri Lanka dan Penjaga Pantai India telah bekerja siang dan malam untuk mencoba menghentikan MV X-Press Pearl dari tenggelam setelah kapal tersebut terbakar. Kapal itu membawa bahan kimia seperti asam nitrat dan mengangkut 350 metrik ton minyak di dalam tangkinya. "Para penyelamat akan tetap bersama kapal untuk memantau kondisi kapal dan pencemaran minyak. Fokus segera adalah untuk meminimalkan kerusakan lebih lanjut pada lingkungan," kata operator X-Press Feeders.
Gambar kapal yang hangus dibagikan oleh Angkatan Laut Sri Lanka menunjukkan badan kapal kontainer yang terbakar dengan buritan tenggelam di dalam air. Pihak berwenang khawatir jika minyak dan pelet plastik merembes ke lautan dan laguna terdekat, mengancam kehidupan laut dan burung, bencana yang lebih besar akan terjadi.

Kebakaran tersebut membakar kapal kontainer dan jutaan butir plastik menutupi pantai. Penangkapan ikan di daerah itu telah dihentikan, dan burung serta kehidupan laut bisa terancam oleh pencemaran plastik. Butir plastik tersebut dapat mempengaruhi sejumlah spesies seperti burung laut dan penyu. Butir plastik tersebut dapat terjebak di insang ikan, yang menempatkan ikan dalam posisi yang sangat berbahaya. Para aktivis lingkungan khawatir tentang dampak butir plastik terhadap kehidupan laut.
Selain mengancam makhluk hidup di dalam air, salah satu kekhawatiran terbesar adalah jutaan pelet plastik yang mencemari perairan dan terdampar di pantai-pantai sepanjang pesisir, banyak jenis satwa liar sangat mungkin menelan mikropartikel tersebut. Misalnya, plastik yang tercampur ke dalam pasir dapat meningkatkan suhu pantai tempat penyu bertelur, jenis kelamin anak penyu akan dipengaruhi oleh suhu pantai.

Saat pelaut Sri Lanka menggosok puing-puing dari pantai dan kapal mengeluarkan asap, para ilmuwan berusaha menentukan seberapa jauh puing-puing tersebut akan terbawa dan apa saja kerusakannya.
"Ini adalah bencana lingkungan," kata ahli biologi kelautan Sri Lanka, Asha de Vos. Dia mengatakan bahwa arus dapat membawa pelet plastik sejauh sisi lain negara pulau itu, membunuh kehidupan laut dan merusak ekosistem yang sensitif. "Lautan kita dipenuhi mikroplastik, tetapi tidak ada yang benar-benar memikirkannya," katanya. "Saya berharap ini menyadarkan kita semua bahwa kita adalah bagian dari masalah ini."